Pangsi Adat Sunda
Banyak orang menyebut pakaian ini dengan setelan pangsi atau baju pangsi. Menurut beberapa sesepuh Sunda Bandung, pangsi adalah bagian bawah (celana) sedangkan bagian atas (baju) disebut salontreng. Sesuai perkembangan fashion di Indonesia, kini setelan pangsi banyak dimodifikasi tanpa meninggalkan ciri khas pangsi itu sendiri.
Modifikasi tersebut sama sekali tidak bertujuan merusak budaya karena tetap ciri khas tradisionalnya masih ada. Justru sebaliknya, bisa melestarikan budaya bangsa khususnya budaya daerah Sunda.
Perubahan tersebut diharapkan para pemuda menyukai dan mengenal budayanya sendiri. Lambat laun mereka akan mengenal pakaian tradisional dan tidak malu untuk memakainya. Modifikasi tersebut antara lain: bahan yang dipakai, penambahan tali di pinggang dan penambahan saku di celana.
Selain untuk melestarikan budaya Sunda, baju pangsi dan ikat kepala ini diproduksi sesuai dengan himbauan walikota Bandunr Ridwan Kamil (Kang Emil) yang lekat dengan istilah Rebo Nyunda dimana para pegawai instansi dan anak sekolah diwajibkan memakai pakaian Sunda setiap hari Rabu.
Dirancang dengan cacagan (jahitan) pangsi Sunda asli, bukan jahitan komprang. Terdapat jahitan pemisah di bawah pinggang yang disebut samping. Jahitan suja menyilang antara kaki-kiri dan kaki kanan dan dijahit sampai ke bawah untuk memperkuat celana sehingga tidak mudah robek jika dipakai berolah raga, duduk, atau beladiri.
Pangsi Hitam Kerah Koko PG1 |
Ukuran Standar Pangsi Sunda Gerentes |
Kode | PG3 |
Harga | Silakan hubungi kami ! |
Ukuran | S, M, L, XL, XXL |
Warna | Hitam |
Material | Katun Baby Canvas |
Motif | Polos |
Produk | Pangsi Sunda |
Merek | Gerentes |
Berat |
+/- 900 s/d 1200 gram |
Kategori:
Pangsi