IKET REKAAN BAHEULA DAN KIWARI
Iket, totopong, atau udeng adalah tutup kepala mirip blangkon Jawa atau bendo Sunda yang terbuat dari kain dengan corak khas. Berbeda dengan Blangkon yang keras dan kaku, jika dipegang iket akan terasa lentur dan fleksibel.
Fungsi utama iket selain ebagai pelindung kepala dari panas matahari, angin, dan cuaca, juga sebagai sebagai pelengkap dan aksesoris pakaian adat.
Iket Sunda praktis adalah iket kepala khas Sunda siap pakai, tidak perlu melipat dan mengikat dari kain segi empat. Ini merupakan inovasi yang perlu dihargai karena mempermudah pelestarian budaya dalam hal pakaian adat.
Kelebihan iket Sunda praktis selain mudah dipakai, model-modelnya pun semakin berkembang tanpa mininggalkan ciri khas iket itu sendiri.
1. Iket Réka-an Baheula
Iket Réka-an Baheula adalah rupa iket yang penggunaanya sudah menjadi tradisi sehari-hari dan sudah ada sejak dulu di kampung-kampung adat Sunda tanpa dipengruhi unsur seni dari luar. Contoh rupa iket ini adalah parekos yang biasa dipakai oleh orangtua dimana mereka sudah mengenakan rupa iket ini sejak remaja (anak-anak) dan sampai sekarang pun masih tetap memakainya.
Adanya beberapa kunjungan wisata dari kota/tempat lain dimana para pengunjung tersebut mengenakan iket budaya lain yang sedikit berbeda, terkadang dapat mempengaruhi rupa iket Sunda bahkan tertarik untuk menirunya yang pada akhirnya terjadi transformasi bentuk. Mochamad Asep mengambil patokan tahun yang dikatakan rékaan baheula adalah sebelum tahun 1999 karena pada tahun tersebut Musium Sri Baduga telah membuat beberapa artikel mengenai penutup kepala.
Yang termasuk Iket Réka-an Baheula di antaranya:
- Iket Barangbang Semplak
- Iket Julang Ngapak
- Iket Kuda Ngencar
- Iket Parekos Nangka
- Iket Parekos Jengkol
- Iket Kekeongan (Borongsong Keong : Banten)
- Iket Maung Heuay
- Iket Porteng
Iket Réka-an Kiwari adalah rupa iket hasil karya dari sendiri (pribadi) sesuai dengan ide, inspsirasi, dan kreasi yang disenanginya. Namun demikian prinsipnya tetap menggunakan jenis kain yang sama yaitu kain juru opat (segi empat). Iket Reka-an Kiwari merupakan bentuk dari penemuan, imajinasi, atau surup-an dari hal-hal tertentu, bahkan mungkin saja hasil dari rupa iket Buhun yang dilahirkan kembali setelah bertahun-tahun tidak diketahui. Hal ini bisa dibuktikan melalui beberapa saksi hidup dari generasi penerusnya.
Menurut Mochamad Asep Hadian Adipradja-Pulasara Iket, Rupa Iket Rekaan Kiwari ini mulai banyak di temukan pada tahun 2011 hingga sekarang. Yang termasuk Iket Réka-an Kiwari di antaranya:
- Iket Candra Sumirat
- Iket Maung Leumpang
- Iket Hanjuang Nangtung
Merupakan rupa iket tinggal pakai atau sudah jadi sehingga para pengguna tidak lagi perlu mengikat atau membentuk iket dengan teknik-teknik tertentu tetapi dapat langsung dipakai. Rupa iket praktis ini mulai dikenal sejak tahun 2008. Sama seperti rupa iket lain, tupa iket praktis juga mempunyai corak dan warna yang bervariasi tetapi masih sama menggunakan kain juru opat (segi empat).
Contoh Rupa Iket Praktis di antaranya:
- Iket Praktis Parekos
- Iket Praktis Makuta Wangsa
- Iket Praktis Mancala Putra
Sumber Artikel: Sundanese Clothes via 7InfoMedia Kategori:
Zulzol Info